Contoh biografi diri sendiri – Ini bukan tentang narsis atau semacamnya. Juga bukan untuk pamer tentang berapa kali sehari kita mandi. Ini tentang kita semua yang suka membaca biografi tokoh yang terdapat keunikan dan pelajaran di dalamnya. Hal ini sebagaimana manusia yang pada dasarnya hobi membicarakan orang lain. Apalagi jika itu biografi orang sukses yang bisa kita tiru.
Tidak hanya kisah tentang orang lain. Menuliskan kisah kita sendiri pun bisa membawa manfaat, baik bagi sendiri maupun orang lain. Mungkin kamu bertanya, “Bukankah kita sudah tahu kisah kita masing-masing? Jadi untuk apa menulis lagi? Apalagi kalau kita belum sukses…”
Pertanyaan bagus, dan memang sudah seharusnya pertanyaan itu ada sebelum kita bahas jawabannya di bawah ini.
Manfaat Menulis Biografi Diri Sendiri
1. Sebagai relfeksi untuk memahami masa lalu lebih baik
Bahwa sebanyak-banyaknya ujian yang kita terima sekarang, selalu lebih banyak karunia yang kita terima
Kita sering tidak sadar dan tidak bersyukur akan karunia-karunia yang kita ambil selama hidup. Dan dengan menulis biografi kita sendiri, kita mencoba untuk selalu melihat sisi terang dalam hidup kita. Sikap ini akan memicu rasa syukur dalam hidup kita. Sedangkan menurut Psikolog, Shawn Achor, syukur memiliki beberapa manfaat :
a. Meningkatkan kebahagiaan
b. Meningkatkan produktivitas
c. Meningkatkan kebugaran
d. Meningkatkan kualitas pekerjaan.
Sehingga dengan menulis biografi pribadi secara benar bisa memiliki dampak positif powerful buat diri kita.
2. Membantu kamu untuk move on dari mantan dari kejadian buruk di masa lalu
Dalam Neuro Linguistic Programming (NLP) ada teknik yang disebut Dengan disosiasi (Dissociation). Teknik disosiasi ini dapat digunakan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit psikologis, seperti kurang percaya diri dan phobia.
Cara kerja teknik ini adalah melihat masa lalu dengan cara dan sudut pandang yang berbeda, sehingga menimbulkan kesan yang berbeda. Versi sederhana dari teknik ini mungkin pernah kita lakukan secara tidak sadar, yaitu mencoba memaknai masa lalu.
Contoh : Misalkan kita pernah berselisih dan bertengkar dengan Teman. Perselisihan tersebut terbawa berhari-hari. Hingga di suatu hari si A mencoba mengingat kembali penyebab mereka berselisih. Melihat dari sudut pandang lebih luas, Akhirnya si A sadar bahwa sebab perselisihan mereka itu tidak begitu besar. Hanya saja emosi yang membuatnya besar.
Menuliskan kembali kisah kita dalam bentuk autobiografi merupakan salah satu bentuk dari teknik disosiasi.
3. Mengetahui bagaimana orang lain mengartikan dirimu
Dengan menuliskan biografi diri sendiri, kita bisa mengetahui persepsi orang terhadap kita. Hal ini bisa diakibatkan oleh dua sebab, yaitu :
a. Ketika kita menulis biografi diri dengan sudut pandang penulisan orang ketiga, kita bisa mengimajinasikan bagaimana orang lain memandang kita dalam suatu kejadian.
Atau,
b. Ketika kita menulis biografi diri sendiri, kita bisa melihat feedback/komentar orang lain tentang kita. Dari feedback tersebut, kita akhirnya bisa tahu tentang apa yang orang lain sebenarnya pikirkan terhadap kita.
4. Menyadari Perubahan dalam diri kita dari tahun ke tahun
People changes, but memories don’t
Segala yang terjadi pada kita masuk ke dalam diri kita melalui persepsi. Dari persepsi, kejadian itu disimpan dalam bentuk memori. Memori dan kesan kita terhadap memori-lah yang menentukan cara berpikir kita. Kemudian, cara berpikir ini yang menentukan tindakan dan nasib kita, sekarang.
Maka tidak ada salahnya kita merefleksikan sebab dan akibat dalam masa lalu yang berkontribusi dalam menciptakan diri kita yang sekarang.
5. Melihat kesalahan masa lalu dan memperbaikinya
Kesalahan yang kita telah lakukan tak terhitung jumlahnya. Bahkan kita telah memproduksi kesalahan sejak bayi. Kesalahan-kesalahan tersebut sebagian merupakan kesalahan remeh sebagian merupakan kesalahan serius. Saking seriusnya, kesalahan itulah yang membentuk nasib kita sekarang.
Alangkah baiknya jika kesalahan tersebut kita temukan dan menjadikannya sebuah pelajaran, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
6. Menjadi nilai plus dalam masalah profesionalitas
Nah ini salah satu poin yang sekarang patut dipertimbangkan. Sudah hampir menjadi rahasia umum bahwa para tim rekruitmen menilai calon pegawainya melalui internet. Media-media yang digunakan bisa seperti google, facebook, linkedin, blog, dan lain-lain. Mempunyai biografi pribadi yang dituliskan di blog kita pasti akan menjadi nilai plus.
Selain itu hampir di setiap interview akan ada pertanyaan, “Ceritakan tentang dirimu!” Kalau kita sudah membuat biografi, kita sudah mempunyai amunisi untuk menjawab pertanyyan tersebut.
Contoh Biografi Diri Sendiri
Sebagai bagian dalam pelatihan bisnis online di pesantren sintesa, kami ditugaskan untuk menulis segala sesuatu tentang pengalaman pribadi selama 2 minggu. Awalnya saya bingung ingin menulis apa. Akhirnya terpikirkan oleh saya untuk menulis perjalanan hidup saya sendiri secara helicopter view / bird view / garis besar.
Berikut review postingannya :
Masa Pre-Shool
Bayi yang Diselundupkan di Pulau Kalimantan
Tanggal 19 Oktober 1993 saya brojol dari rahim Ibu saya, tepatnya di Balikpapan. Walaupun saya menangis orang-orang di sekitar saya bahagia. Mungkin saya menangis karena ketika baru saja keluar saya langsung ingin masuk lagi, tetapi tidak bisa.
Saya tidak pernah memilih untuk lahir di Keluarga ini. Saya juga tidak pernah memilih untuk lahir di salah satu pesisir dari salah satu pulau terbesar di Indonesia. Bahkan, saya juga tidak memilih lahir untuk lahir ke dunia ini.
Karena memang semua itu bukan pilihan, we aren’t in the place to make a choice about those things. Pilihan kita sekarang adalah apakah kita mau bersyukur atau tidak atas segala karuniaNya yang kita pakai seenaknya di Dunia ini. Terutama syukur kepada Bos-bos saya, yaitu Mama dan Bapak saya.
Saya genererasi kesejuta-sekian dari Nabi Adam. Dan saudara jauh (banget) dari 7-miliaran manusia yang hidup & sedang berhabitat di planet bumi. Dari miliaran orang tersebut, mengalir pada diri saya darah dari sekelompok orang yang menyebut dirinya Suku Jawa.
Meskipun begitu saya kurang bisa berbicara bahasa mereka, karena saya telah terasimilasi di Balikpapan. Jujur saja, saya tidak begitu melek dengan masalah persukuan.
Kakek Buyut saya pasti tidak tahu sebelumnya, bahwa cucunya akan mempunyai anak bernama Faris Azzam Shiddiqi yang lahir dan tinggal jauuuuh dari kampung halamannya (Magelang). Begitu juga dengan kita nanti. Kita akan (atau sudah) menikah, lalu punya anak. Anak kita lalu punya cucu. Ketika kita punya cucu, kemungkinan besar kita sudah tua. Di waktu itu kita tidak akan membayangkan siapa cicit kita nanti, di mana dia akan hidup. Bahkan, mungkin dia tidak akan kenal siapa kita. Tidak banyak orang yang mempunyai niat untuk mempelajari nasabnya.
Katanya sih mempelajari nasab itu penting, sebagaimana nasab itu sendiri juga penting dalam mempengaruhi kita, entah pengaruh dalam sisi apa. Memang saya, dan mungkin juga kebanyakan manusia, penasaran tentang “Darimana sih saya lahir?”. Jadi mungkin ada baiknya saya juga mempelajari nasab nanti.
Cerita Saya
0. Ketika Masih Bayi
Jadi ketika saya masih bayi ……………………..…………………………………………………………….. saya belum bisa mengingat ketika waktu itu.
Cerita selesai.
1. Ketika dari Bayi Sampai Umur Dua Tahun
Setelah saya hidup selama dua tahun, ternyata saya belum punya jenggot. Saya juga tidak ingat pada tahun ini apa saja yang terjadi pada saya. Saya juga tidak ingat apakah saya pernah mengompol atau tidak.
In fact, saya tidak tahu kapan ingatan saya mulai bekerja secara efektif. Saya mulai me-recognize kalender dan sadar “tahun apa sekarang” itu ketika tahun 98/99. Berarti Ingatan saya benar-benar efektif sekitar umur 4-5 tahun. Ketuaan ngga ya?
Pada waktu ini jalan di Balikpapan tempat saya tinggal masih berbatu dan belum diaspal.
3. Masa Preschool
Di masa ini ingatan saya sudah mulai bekerja efektif. Meski tidak mengikuti pendidikan taman Kanak-kanak, saya sudah mulai bisa baca dan tulis karena diajari Ibu saya.
Walaupun saya baru belajar baca tulis, di masa ini saya sudah diajari baca al-Qur’an oleh Bapak saya. Media yang digunakan adalah buku legenda, IQRO. Bapak sayalah yang banyak mengajarkan keluarga kami tentang Islam.
Saya selalu menjadi korban doktrin kakak saya. Apa saja yang dia bilang saya percaya. Maklum, karena masih kecil dan belum punya teman banyak saya selalu mengekor kakak. Bahkan ketika kakak saya bilang bahwa kalau menghidupkan handphone di pesawat bisa meledak saya percaya.
Tidak Banyak masa sebelum sekolah yang bisa saya ceritakan. Tetapi masa kecil saya cukup berwarna hangat. Saya jarang di rumah, bahkan terkadang bermain-main ke tengah hutan kalimantan. Tetapi itu semua mulai berubah ketika negara api menyerang masuk sekolah.
Kelas Satu
Hari pertama masuk sekolah adalah kejadian yang paling saya ingat. Ketika banyak orang tua ikut sekolah karena tidak naik kelas menemani anaknya, saya hanya seorang diri. Orang tua saya ingin saya belajar mandiri. Untung saja tidak sampai disuruh ngekost.
Walaupun begitu, ada kakak saya yang juga sekolah di sekolah itu, tepatnya kelas empat. Saya cukup excited ketika itu. Sampai-sampai saya terus memakai tas saya kemanapun saya pergi, meski itu waktu istirahat.
Di kelas satu saya sudah mulai diajari puasa ketika Bulan Ramadahan datang. Tetapi biasanya waktu sahur saya sampai lewat subuh dan bukanya azan zuhur. Puasa setengah hari kata mereka. Waktu itu kukira puasa itu benar-benar ada. Terkadang saya juga berhasil puasa penuh.
Kelas Dua
Kelas dua saya masuk siang, yaitu jam 10. Waktu itu sedang musim gambar tepuk / tepuk gambar / gambaran. Kalau kalian tidak tahu permainan itu maka masa kecil kalian kurang bahagia. Gambar tepuk ini adalah semacam kartu kecil bergambar. Gambarnya biasanya didominasi oleh tokoh-tokoh kartun atau film anak-anak.
Saya masih ingat, saya pernah memperhatikan sisi ujung gambaran. Ada tulisan Gunung Kelud di sisi ujung gambaran yang ternyata itu adalah produsennya.
Ada banyak cara memainkan gambaran. Yang paling populer adalah adu tepuk dan adu tepu balik. Yang pasti dari permainan ini kita bisa belajar untuk berbuat jujur maupun curang.
Di kelas dua ini saya juga mulai suka membaca. Kesukaan itu dimulai ketika Bapak membawa saya ke Perpustakaan Kota Balikpapan. Buku-buku bertema penelitian ilmiah menjadi favorit saya, favorit untuk jadi bantal tidur. Buku-buka yang saya baca biasanya cerita bergembar atau IPA populer.
Kelas Tiga :
Masa ini adalah masa paling bahagia. Sudah masuk siang, ngga ngerjain PR ngga dimarahin, dan banyak mainnya.
Kelas Empat :
Yang paling berkesan di kelas empat ini adalah pertama kalinya saya disetrap karena ngga ngerjain PR. Sebelumnya walaupun saya nggak ngerjain PR saya nggak pernah dihukum.
Guru yang menyetrap saya ini terkenal killer. Sampai sekarang pun kalau mengingat wajah dan suaranya, saya merinding sampai seperti tidak ingin mandi 2x sehari. Walaupun begitu, saya berterima kasih banyak kepada beliau karena telah mengajarkanku kedisiplinan.
Di kelas ini pelajaran seni masuk ke seni suara. Di pelajaran itulah saya mulai mengenal rasa takut yang diidap banyak orang, yaitu Fear of Public Speaking. Turunan dari rasa takut itu adalah rasa takut berada di depan kelas, takut berbicara dengan orang asing, takut melakukan sesuatu di depan banyak orang. Konon katanya, Fear of Public of speaking ini merupakan salah satu Fear yang paling banyak diidap di Amerika Serikat.
Praktek seni suara yang pertama waktu itu adalah menyanyikan lagu lokal yang berjudul “Sungai Kandilo”. Biasanya Guru Kesenian akan memilih secara acak. Di situlah kelas akan menjadi senyap dengan seketika. Tetapi dari banyak siswa yang ketakutan itu, ada beberapa siswa yang memang berbakat/ingin jadi artis. Mereka biasanya mampu menekan rasa takut mereka dan bernyanyi dengan nada yang bagus. Kalau saya mah yang penting maju dan selesai. Ngga ditunjuk dan ngga dapat nilai juga ngga apa-apa.
Mulai kelas 4 dipelajari IPA dan IPS. Pelajaran yang paling saya kurang suka waktu itu adalah IPS bagian ekonomi. Tetapi sekarang saya malah kuliah di Sekolah Tinggi Ekonomi. Kalau bukan karena ekonomi islam mungkin saya tidak akan berniat kuliah ekonomi.
Kelas Lima :
Kakak saya membawa PS ke rumah. Waktu main saya tentu menjadi banyak. Satu semester setelah ada PS di rumah nilai saya dan saudara saya jeblok. Akhirnya Orang Tua mengadakan evaluasi. Kami hanya boleh main PS pada akhir pekan, kecuali kalau kami puasa sunah senin dan kamis. Jadilah saya mulai puasa senin kamis sejak kelas 5 SD. Kalau Ibu saya mendapati nilai saya jelek, saya pernah menggunakan alasan puasa sebagai penyebabnya.
Bisa jadi Anda berpikir bahwa “kalau begitu nanti anak puasanya cuma karena game dong?”. Bisa iya bisa juga tidak. Setidaknya itu yang saya rasakan dahulu. Terkadang saya berpuasa sengaja untuk mendapat waktu bermain, terkadang memang karena ingin puasa.
Banyak sekali Game-game yang berkesan dalam hidup saya, bahkan sampai saat ini. Terkadang saya melihatnya lagi di Youtube. Kehebatan dari Game adalah ia bisa menciptakan dunia dan cerita baru yang kita bisa menjadi karakter utama di dalamnya. It feeds my hungry imagination.
Setelah kebijakan yang diterapkan orang tua saya, nilai raporku kembali naik. Bahkan saya sudah mulai memikirkan tentang UAS di kelas enam nanti. Playing isn’t purely wasting time, I thought. But yes, not playing game is better then playing game. It’s just playing game is not that bad.
Pada bulan Ramadhan, teman dekat saya, Arisandi Paputungan meninggal. Saya satu-satunya yang dihubungi orang tuanya ketika itu. I wonder, what happened to that boy right now in the graveyard.
Terkena sinusitis
Pada saat kelas 5 saya terkena sinus. Entah apakah baru terkena atau baru terdiagnosa. Berbagai macam obat, terapi, sampai fisioterapi dilakukan tetapi tidak sembuh jua. Yang pasti penyakit tersebut terkadang masih kambuh sampai sekarang.
Kelas Enam
Was this love?
First Love. Walaupun aku merasakannya tetapi saya tetap anak kecil. Permainan membuatku tidak terlalu mengambil pusing akan fenomena yang baru menimpaku itu.
(Tidak perlu dibahas lebih lanjut karena ini sudah tidak relevan)
—
Saya sudah menyiapkan untuk UAS jauh-jauh hari secara mandiri. Saya menyiapkannya dengan membakar buku dan meminum abunya dengan membaca soal-soal. Beberapa hari sebelum UAS Nenek dari Ibu meninggal, sehingga di hari-hari akhir sebelum UAS, Ibu dan Adik saya meninggalkan rumah untuk sementara ke Jakarta.
Alhamdulillah saya lulus dengan nilai yang cukup memuaskan dan kemudian melanjutkan ke SMPN 3 Balikpapan.
Sebelumnya saya pernah ditawari orang tua saya untuk melanjutkan ke Pondok Pesantren dan saya pernah mempertimbangkannya. Jujur saja, jikalau saya lihat dari sudut pandang sekarang, saya berpikir bahwa masuk pesantren adalah sebuah pilihan bagus. Kenapa? Karena SMP menjadi proses pendewasaan berpikir seseorang ababil. Jika terdapat kegagalan dalam proses di sana, maka kegagalan itu bisa mempengaruhi kehidupan ke depannya.
Walaupun begitu, semua pasti ada hikmahnya. Ketika di SMPN 3 Balikpapan saya menemukan turning point dalam kehidupan saya. Sesuatu yang masih mempengaruhi saya sampai sekarang.
KELAS 1-A SMP (2005-2006)
Masa Orientasi Sekolah (MOS) akhirnya datang, padahal saya belum puas mandi telat karena liburan. Saya memasuki ruang kelas yang nama saya tertera pada daftarnya. Tidak ada teman se-SD di kelas itu. Kucing rumah saya juga tidak ada, karena memang saya tidak mempunyai kucing.
Setelah semua pada duduk di kelas, tiba-tiba tamu tak diundang kakak kelas datang. Lalu mereka menjelaskan apa-apa yang harus dilakukan untuk MOS. Setelah itu, entah ice breaking atau memang lagi ingin mengerjai, mereka menyuruh beberapa orang termasuk saya untuk maju ke depan dan menyatakan cinta, kepada siapa saja.
What a good first day, pikirku. Ketika kami sudah berada di depan, kelas menjadi ribut. Di tengah keributan itu, aku dan beberapa teman dekat pintu keluar, kabur.
Kegiatan MOS di SMPN 3 Balikpapan sama pada MOS umumnya. Pakai topi kerucut, minta tanda tangan, pakai kalung tag dari kardus, buang air di toilet, dan lain-lain. Yang semua itu dulu saya terima saja, sekarang saya anggap perbuatan jahiliyah (kecuali toilet). Ngga ada gunanya dan ngga efektif untuk mengorientasi siswa. Selain itu, mungkin ini sudah rahasia umum bagi yang sudah MOS. Bahwa tidak ikut MOS itu tidak masalah, tidak ada hukumannya.
Hari pertama masuk sekolah saya duduk paling depan. Ini karena saya memang rajin (padahal karena dapat kursi sisa). Semuanya serba baru jadi saya perlu beradaptasi.
Anak SMP (Ababil) itu mudah sekali dipengaruhi lingkungan, baik buruk maupun baik. Pokoknya apa saja yang dianggap asyik dan keren oleh teman itulah yang saya anggap juga. Lingkungan sekolah juga cukup kuat untuk meng-overwrite nilai-nilai yang diajarkan orang tua / guru sebelumnya. Walaupun begitu Alhamdulillah saya dan 3 orang teman lainnya dari kelas tetap istiqomah menjalankan shalat zuhur di masjid, Ketika teman-teman yang lain entah menjalankan shalat atau tidak.
Anak SMP itu sudah mulai banyak yang terselubung tentang pergaulannya di sekolah dari orang tuanya. Di sinilah mengapa saya mengatakan Pesantren itu merupakan pertimbangan bagus. Di masa ini juga siswa-siswa, baik secara sadar atau tidak, mulai membentuk geng (social circle) sendiri-sendiri. Ada yang karena kelas, ada yang karena tingkat ke-alay-an, ada yang karena hobi, ada yang karena arah pulang, ada juga yang karena status sosial (yep, ada).
KELAS 2-D SMP (2006-2007)
#Belum tentu yang kamu anggap buruk itu akan buruk selamanya
Pada tahun kedua, sekolah menerapkan kelas sistem semi-acak. Jadi, ada kelas yang merupakan kelasnya siswa top se-SMP3 yaitu kelas 2-A dan 2-B. Sisa delapan kelas lainnya itu diacak. Dan saya mendapatkan kelas yang diacak, yaitu kelas 2-D. Hampir tidak ada teman saya dari kelas sebelumnya. Saya benar-benar putus pergaulan dengan “geng” sejak itu, sampai sekarang.
Lingkungan saya benar-benar baru. Dari lingkungan yang lumayan baik berubah menjadi lingkungan yang lumayan buruk. Di lingkungan itu, Berkata jorok dan kasar sudah biasa. Berbuat kasar juga biasa. Bahkan ada yang membawa belati di dalam tasnya. Sebagian dari merupakan bagian dari geng yang dikenal suka mencari masalah di SMP dan luar SMP.
One year in this class, I thought that would be the worst time I have.
Ketika itu saya stress. Rasanya ingin mandi sekali saja setiap hari. Tetapi ternyata salah. Dan dari sinilah hal yang berkesan sampai sekarang itu dimulai.
#Bagaimana Sebuah Komunitas baik yang lahir di tengah komunitas yang kurang baik
Di suatu siang setelah shalat jum’at, saya dan beberapa teman saya menunggu ekskul komputer mulai. Sampai tiba-tiba teman-teman saya diajak ke masjid dan saya mengikutinya.
Di sana kami bertemu dengan seseorang yang saya tidak kenal. Tetapi, sebagian teman-temanku berkumpul dan mendengarkan dia berbicara. Karena kelihatannya seru akhirnya aku juga ikut nimbrung di sana. Ternyata memang seru, penyampaiannya tentang surga dan neraka maupun cara peyampaiannya begitu menarik perhatian kami, para ABG labil. Akhirnya, kami malah tidak jadi ikut ekskul komputer hari itu.
Pertemuan itu terjadi beberapa hari sebelum bulan puasa. Setelah lebaran, kegiatan itu menjadi kegiatan rutin, tepatnya setiap hari sabtu sehabis shalat zuhur. Teman-temanku menyebutnya “rohis” atau akronim dari Rohani Islam. Kata yang baru saya kenal waktu itu.
Akhirnya kami membentuk organisasi untuk mengelola kegiatan kami. Selain itu kami juga ingin mengajak yang lain untuk ikut pengajian rutin kita alias berdakwah keluar majelis. Setelah memusyawarahkan beberapa nama akhirnya (karena kami masih alay), terpilihlah nama yang lebay (yang dulu kami anggap keren). Namanya adalah snack D’CITOS, singkatan dari The Community of Islamic Teenager of SMPN 3.
# Mulai Berdakwah di Tengah Ababil
Dengan organisasi itu kami berdakwah keliling kelas. Kami mendapat respon yang baik, tapi tak jarang kami juga mendapat respon yang buruk. Akhir kegiatan itu kami menjaring lumayan siswa. Tetapi, mereka yang terjaring hanya bertahan beberapa pekan. Setelah itu hanya tersisa hitungan jari dari mereka. Ini disebabkan kerkurang pengalaman dan persiapan kita yang merupakan generasi pertama.
Dengan D’ CITOS (ngga enak haha), kami juga menjadi mitra guru dalam menorganisir acara-acara hari besar Islam. Kami ikut membantu bahkan sampai hampir mengurusi semuanya, mulai dari penentuan pengisi acara dan publikasi dokumentasi. Setidaknya, yang awalnya kalau ada PHBI hanya diisi oleh Guru Agama Islam, menjadi diisi pembicara dari luar plus menggunakan slide dan proyektor (waktu itu masih jarang).
# Kelas yang awalnya buruk menjadi baik
Kelasku yang awalnya xxx menjadi lebih baik. Bahkan, si Fulan yang dulu membawa belati berubah menjadi membawa Buku Islam. Obrolan-obrolan di kelas menjadi obrolan seputar Islam. Waktu Istirahat digunakan untuk shalat dhuha, bahkan ada yang sampai 12 rakaat.
Di kelas dua ini, baik pikiran, tenaga, keasyikan dan waktu bersama teman dihabiskan dalam Rohis SMPN 3 Balikpapan ini. Main bola sehabis liqo’, makan bareng di kantin, mengorganisir acara, mabit di masjid, jogging bersama, sharing tentang Islam. Semua itu menjadi menjadi inti dari masa-masa saya di SMP sekaligus kenangan paling tak terlupakan. And I’ve miss them all now.
Masa kelas ini ditutup dengan pembagian rapor, liburan, dan jalan-jalan bersama anak-anak D’Citos ke salah satu pantai di Balikpapan. Menutup masa itu dengan lagu-lagu yang ngehits di MP3 Player saya waktu itu dari Sami Yusuf, Native Deen, Outlandish, Shaffix, dan nasyid lainnya.
KELAS 3-A SMP (2007 – 2008)
# Jangan Membuat Website Alay….. atau engkau telah melawan hukum alam.
Beberapa hari setelah liburan, saya dipanggil ke lab komputer sekolah. Saya diikutkan lomba desain web se-kalimantan timur. Padahal sebelumnya saya sama sekali belum pernah membuat atau belajar membuat web. Waktu itu nama acaranya adalah speedigitalized yang diadakan oleh Telkom Speedy di Samarinda. Tidak hanya lomba desain web, tetapi juga ada lomba Cepat Tepat dan Game Counter Strike. Waktu itu kakak saya juga mengikuti acara tersebut dengan mengikuti lomba cepat tepat.
Lomba Komputer Samarinda
Saya membuat website dengan menggunakan Macromedia Dreamweaver (sekarang Adobe). Website yang saya buat pertama kali itu sumpah kereeeeeen alay banget. Warnannya kaya jemuran, hurufnya besar kecil. Kalau ngeliat website itu bisa bikin mata keluar. Kalau melihatnya sambil mencongkel mata, yaiyalah (ngomong apa sih).
Ketika saya sedang menunggu lomba dimulai, teman saya mengajak saya ke Gramedia Mall Lembuswana. Setelah berjalan-jalan dan membeli buku kami kembali ke tempat acara. Di sana ternyata lomba sudah dimulai. Kami telat dan tidak bisa mengikuti lomba. Saya sama sekali tidak tahu kalau lomba akan dimulai waktu itu. Waktu itu saya kecewa sekali, bahkan sampai ngga mandi paginya (lebay yak?).
# Tobat dari buat web alay yang membawa berkah.
Akhir tahun 2007 saya dan tim yaitu Faris Ryamizard dan Didit S. Dwi Cahyo mengikuti perlombaan desain web tingkat Regional Kaltim dan sekitarnya. Hal yang saya tunggu-tunggu setelah kecewa pada perlombaan pertama kemarin. Namanya lombanya IT Fiesta 2007 dan diadakan di Sekolah Santa Theresia, Balikpapan.
Persiapan saya untuk lomba itu jauh lebih matang. Website dilombakan dengan menggunakan Microsfot Frontpage. Sebagai pengolah grafisnya menggunakan Adobe Photoshop. Alhamdulillah kami mendapat juara 2 dalam perlombaan tersebut. Ini semua adalah berkah dari pertobatan kami dari membuat web alay.
# Deepdigital.multiply,com, Pendahulu blog fazzams.com yang alay hingga Multiply tutup warung.
Pertama kali saya nge-blog secara aktif itu ketika kelas ini. Waktu itu Guru Komputer memberikan kami tugas untuk nge-blog di Multiply.com. Setelah tobat dari buat web alay, saya malah membuat blog alay. Sampai-sampai, biarpun multiply tidak tutup, blog saya akan saya hapus juga.
Karena waktu itu tugas blog adalah wajib bagi semua siswa, saya merasakan nikmatnya ngeblog karena interaksinya tinggi. Keadaan itu tidak seperti sekarang. I miss those time, pal.
Blog Multiply sudah tidak ada lagi sekarang karena telah berubah menjadi marketplace. Hal yang cukup disayangkan karena komunitasnya pernah tumbuh besar di Indonesia.
Di kelas ini saya dan teman-teman masih aktif di Rohis SMPN 3 Balikpapan, D’Citos. Hal yang kami banggakan adalah kami bisa menciptakan budaya shalat dhuha di istirahat pertma di sana. Ttetapi kegiatan dan semangatnya sudah tidak seperti kelas dua, maklum kelas tiga. Kegiatan kami hanya pengajian rutin tiap pekan dan sesekali mengadakan acara hari besar islam.
# Siswa early adopter dalam menggunakan Internet untuk ngerjain tugas
Saya mulai nge-warnet sebenarnya sudah sejak kelas dua. Menggunakan google untuk mencari berbagai macam hal dengan kata kunci yang tidak dimengerti plankton sekalipun. Ya, agan tahulah bagaimana kita ketika pertama kali menggunakan internet dan google.
Saya dan teman saya rajin ke warnet baru kelas tiga. Waktu itu tarif di sana 5000/jam. Saya rasa cukup besar keuntungan mereka. Biasanya alasan kita mencari tugas, tapi ujung-unjungnya tugas hanya menjadi sampingan. Yang dilakukan malah mendownload game, video, lagu, gambar, dan info-info yang sekarang sering ditampilin di On The Spot. Saya dan teman selalu menghabisi bandwith warnet. Sekarang warnet itu sudah tutup, semoga saja bukan karena kita. Saya rela untuk sering-sering pulang sampai maghrib untuk nge-warnet. Di rumah hanya numpang makan, ngerjain PR, dan Tidur (tidak mupa mandi).
Epilog
Dalam mempersiapkan untuk ujian, kelas kami diperpanjang sampai ashar. Dalam pikiran alay/ababil saya waktu itu ingin sekali komplain ke email guru-guru lewat email kloningan, tapi tidak jadi. Kalau jadi pasti akan jadi pembicaraan Presiden.
Ujian Sekolah maupun Ujian Nasional berjalan lancar. Sebelum pengumuman hasil kelulusan diumumkan, Guru IT saya sudah mengumumkannya dahulu lewat blognya. Melihat hasil yang cukup memuaskanku, aku mencoba mempertimbangkan mendaftar kelas RSBI SMAN 1 Balikpapan. Akhirnya saya benar-benar mengikuti serangkaian tesnya meski tidak begitu berambisi masuk sana. Justru rencana saya sebelumnya adalah melanjutkan ke SMKN 1 Balikpapan.
Ketika saya masih mengikuti tes di SMAN 1, hasil UAN di SMPN 3 Balikpapan diumumkan. Ketika mengambil SKHU di SMPN 3 Balikpapan, Sekolah sudah sepi. Saya terkejut, ketika itu nilai UAN saya tertinggi di sekolah.
Perpisahan
Saya dan teman-teman kelas 3-A melakukan acara perpisahan ke Tenggarong. Tempat yang kami kunjungi adalah Planetarium Tenggarong, Museum Mulawarman, dan mampir ke Mall Lembuswana.
Sedangkan perpisahan sekolah dilakukan di Gedung Banua Patra. Waktu itu kelas kami dilatih untuk paduan suara dalam acara perpisahan kelas. Lagu yang digunakan adalah lagunya Nidji, Arti Sahabat.
Kau masih berdiri, kita masih di sini, tunjukkan pada dunia, arti sahabat.
Kau teman sehati, kita teman sejati, hadapilah dunia dunia, genggam tanganku.
Nidji – Arti Sahabat
Itulah sekilah tentang contoh biografi diri sendiri mulai dari lahir sampai SMP.
Kesimpulan
Menulis biografi mempunyai 6 manfaat yang bisa dijadikan motivasi untuk kita menulisnya :
1. Menjadi nilai plus dalam masalah profesionalitas (Mis. Interview dan cari kerja)
2. Menemukan kesalahan masa lalu dan mencegahnya (atau memperbaikinya)
3. Mengetahui bagaimana orang lain mengartikan dirimu
4. Membantumu untuk move on dari masa lalu
5. Memahami masa lalu dengan lebih baik
6. Menyadari perubahan dalam diri kita dari tahun ke tahun
Next : Teknik menulis autobiografi singkat
Sekian tentang manfaat dan contoh biografi diri sendiri. Semoga bisa bermanfaat bagi kamu.
Biografi,
jadi inget pas bikin curiculum vitae.
Eh, beda ya biografi dengan CV?
Beda Mbak, kalau Biografi pakai paragraf, kalau CV pakai poin per poin aja.
Shawn Achor, daftar pustakanya ada ga mbak?