Popularitas, Kenarsisan, dan Kebaikan

32LGL_B5187Siapa yang tidak ingin terkenal ? Yah mungkin common sense, bahwa pada dasarnya semua orang ingin terkenal setidaknya di lingkaran sosial terkecilnya. Menurutku pada dasarnya manusia itu punya sifat narsis, hanya saja tingkatannya berbeda-beda, ketika sudah melewati batas normal-lah baru disebut patologis, gangguan kepribadian, yang mungkin kita bisa lihat di dunia sosial media sekarang, 1y4 34k s111ch ?628

Kenarsisan dan kehausan akan popularitas itu sudah bukan hal baru, hal purba. Lihat saja bagaimana Fir’aun minta dibuatkan piramida, sphinx dan bangunan-bangunan absurd lainnya. Bahkan dia minta diakui sebagai tuhan, itu asli narsis tingkat dewa sudah. Kalau sekarang hal itu bisa kita lihat ketika ada pemilihan, mulai dari pemilihan bakat sampai pemilihan umum presiden. Bahkan, mungkin membicarakan kebaikan diri sendiri untuk sendiri juga adalah bentuk kenarsisan.

Lantas, sekarang pertanyaannya adalah apakah mencari popularitas itu merupakah hal yang positif atau negatif ? Apakah hal tersebut cukup efektif untuk kebaikan dan kebenaran ? Bagaimanakah hubungan popularitas dengan kebaikan ? Jawabannya mungkin banyak dan relatif.

Ada satu hal yang menurut saya ini adalah fakta, banyak orang baik yang tidak populer, tidak terkenal, jauh lebih tidak terkenal daripada artis korea yang sanggup membuat wanita basah (pipinya maksudnya). Ada yang tahu penemu antibiotik ? Penemu Obat Bius ? Penemu peralatan operasi ? Penemu Pembalut? The list goes on. Bayangin aja jika tidak ada hal-hal tersebut. Kalau tidak ada artis korea, ya gak kenapa-kenapa. ”Tapi kan mereka bisa membuat bahagia, wajar dong jika kita lebih menghargainya”, duh #tepokjidat. Bayangin aja jika anda dioperasi tanpa obat bius, bisa mati duluan. Ini sendiri menjadi nasihat buat saya, yang seringkali kurang menghargai pemberian orang, taken for granted.tumblr_ll37wwa5sn1qd4c2t

Barangkali ada yang mau meneliti ? Korelasi antara tingkat kesyukuran seseorang dengan hausnya akan popularitas ?

Rasa-rasanya lebih efektif jika tidak fokus dalam popularitas dalam mengerjakan kebaikan (toh dalam islam sudah jelas larangannya). Coba aja liat Bu Risma, kita tidak mengenal beliau sampai sebuah masalah besar muncul. Padahal setelah kita tahu ternyata beliau sudah banyak mendapatkan penghargaan sebagai walikota surabaya. Bahkan jika harus dibenci sebagian orang, beliau tetap maju. Karena jelas, walaupun kita berbuat kebaikan, bukan berarti setiap orang akan menyambut dan mendukungnya, malahan bisa jadi ada yang membencinya. Jika sudah begitu maka tidak ada yang lebih penting selain fokus kita, dalam Islam kita menyebutnya Niat.

Oiya, barangkali ide bagus jika ada mata pelajaran atau bab yang membahas khusus tentang para penemu atau kontributor dalam peradaban manusia di sekolah.

Sumber Gambar :

  • http://cstrips.bitstrips.com/32LGL_B5187.png
  • http://i0.kym-cdn.com/photos/images/newsfeed/000/200/428/628.jpg
  • http://i0.kym-cdn.com/photos/images/newsfeed/000/126/266/tumblr_ll37wwa5sn1qd4c2t.png?1306259405

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*